Waktu diajak touring oleh teman ke Curug Leuwi Hejo, saya langsung cari informasi di mbah Google, seperti apa sih penampakan Leuwi Hejo. Dan ternyata setelah melihat foto-fotonya, lumayan tertarik dan penasaran ingin lihat langsung. Jadilah kami berangkat kesana menggunakan sepeda motor. Kami rencana mepo di perempatan sentul pukul 08.00 pagi. Setelah semua kumpul kami berangkat pukul 08.20. Kami berangkat dengan 6 motor, jadi kami berjumlah 12 orang plus 1 orang balita.
Dari perempatan sentul, kami melanjutkan perjalanan menuju Leuwi Hejo yang searah dengan JungleLand. Perjalanan dari JungleLand menuju Leuwi Hejo, ditempuh dengan kondisi jalan yang sangat memacu adrenalin, mulai dari banyaknya polisi tidur, jembatan kayu, jalanan berbatu, jalanan berlubang sampai tanjakan dan turunan yang lumayan terjal. Salah satu motor rombongan kami sempat mogok dan minta jajan karena gak kuat di jalanan menanjak.
Setelah menempuh perjalanan yang memacu adrenalin, kami akhirnya sampai di parkiran Leuwi Hejo. Parkiran Leuwi Hejo terletak di halaman rumah ketua RT sekaligus Posyandu. Saat kami datang, sudah ada beberapa motor yang sudah terparkir. Kami beristirahat dulu di teras rumah sambil menumpang kamar mandi. Saat kami memutuskan untuk memulai perjalanan menuju curug, terlihat banyak rombongan lain yang baru datang, sehingga memenuhi parkiran.
Medan awal menuju Leuwi Hejo masih melewati rumah warga dan kandang kambing (pantas saja saat istirahat di teras rumah kami mencium aroma kambing hehe). Ada petunjuk jalan berupa papan kecil yang mengarahkan pejalan kaki menuju curug. Setelah berjalan beberapa menit sampailah kami pada hamparan sawah yang hijau, tapi sebelum kami melewati sawah, ada beberapa orang dari penduduk setempat yang meminta tarif sebesar Rp. 10.000 perorang.
Setelah melewati sawah yang memanjakan mata, medan beralih pada aliran sungai dan batu-batu yang terjal. Disini kita harus ekstra hati-hati karena kita harus melewati batu-batu di pinggiran sungai dan menyebrangi sungai. Kami menyusuri sungai dengan melawan arus sungai, saat itu kebetulan debit air sedang banyak dan alirannya sangat kuat. Saran saya, bawalah pakaian ganti, karena saat menyebrangi sungai bisa sampai sepinggang orang dewasa bila air sungai sedang naik. Lagi pula sangat disayangkan bila kita tidak memanfaatkan waktu dengan berenang di sungai yang airnya super jernih, iya kan?
Setelah beberapa menit dan melewati batu-batuan dengan penuh perjuangan, sampailah kami di Leuwi Hejo. Sama seperti yang saya lihat di internet, Leuwi Hejo memang sangat mempesona. Leuwi Hejo adalah sebuah kolam alami dengan air yang berwarna hijau, sesuai namanya. Kami tentu saja tidak buang-buang waktu untuk bermain air dan foto-foto, untuk mengabadikan keindahan Leuwi Hejo. Di Leuwi Hejo terdapat batu besar yang bisa digunakan untuk melakukan lompatan ke sungai, untuk mencapai batu tersebut cukup sulit karena harus melawan arus sungai yang deras dan memanjat batu yang licin, untuk itu telah disediakan tali tambang untuk memudahkan bagi yang ingin mencapai batu tersebut. Bagi kalian yang bisa berenang dan suka tantangan, pasti rugi gak coba lompat di batu itu, contohnya saya, saya rugi karena gak bisa berenang, jadi cuma bisa melihat teman saja hehe.
Setelah puas bermain air dan foto-foto di Leuwi Hejo, kami makan dan sholat di bebatuan untuk kemudian melanjutkan petualangan kami ke curug barong.
Curug barong masih satu aliran dengan leuwi hejo, tapi letaknya lebih ke atas lagi. Untuk menuju ke curug barong, kami dipandu oleh tiga orang anak kecil alias si bolang hehe.. Medan yang harus kami lalui lebih ekstreem dari medan saat menuju leuwi hejo, yaitu berupa undakan tanah dan semak yang curam dan licin. Kemudian kami harus menyusuri sungai lagi dengan batu-batu yang lebih besar untuk di lewati, namun justru inilah letak keseruannya.
Dan akhirnya sampailah kami di Curug Barong. Curug Barong tak kalah mempesona dari Leuwi Hejo. Bedanya air terjunnya lebih besar.
Tak terasa hari semakin sore, dan cuaca sudah agak mendung, jadi kami putuskan untuk turun. Sebenarnya ada jalur untuk turun melalui daratan atau tidak melewati sungai, hanya saja jalur yang ditempuh akan lebih jauh karena harus memutar. Selain itu kami meninggalkan dua orang teman kami di bawah karena mereka merasa tidak sanggup untuk menanjak, jadi kami putuskan turun melalui jalur awal kami datang.
Setelah sampai kembali di Leuwi Hejo, kami beristirahat sebentar dan merapikan barang bawaan kami, kemudian kami menuju ke mushola untuk sholat dan ganti pakaian. Setelah selesai baru kami melanjutkan perjalanan menuju parkiran dengan melewati sawah lagi.
Sesampainya kami di parkiran, kami putuskan untuk segara kembali ke Jakarta karena hari sudah mulai gelap. Kami khawatir saat melewati jalan yang rusak akan lebih berbahaya dalam kondisi yang gelap.
Demikianlah cerita perjalanan kami di Leuwi Hejo dan Curug Barong. Sangat menyenangkan, dan kalian wajib mencobanya ;-)